Selasa, 16 Februari 2016

Sekolah Isine Patungan, RgBagus Warsono

Sekolah Isine Patungan

Jarene guru wis mulya
numpake mangkat mulang rodane papat
umahe gedong rajeg wesi
mulang klambine apik kudunge anyar
sepatune mengkilap disemir
nyatane arep dagang
sekolah dadi toko kriditan
muride pinter tapi keder
kabeh aturan ana regane
patungan tuku buku langka lirenne
Bocah minder
wong tua murid mblenger
saben dina kudu ana
patungan werna-werna
guru saiki ora nduweni rai
rai kandel ilmune ngedabel .


RgBagus Warsono, 23 Januari 2016

Bancakan Dudu Sesajen, rg bagus w

Bancakan Dudu Sesajen

Jare Kanjeng Nabi
Syukur iku maknane iman
Ora kudu wah
ora bae mewah
setitik asal maler
akeh mampune sing niat
Nganggo nylameti sing dibangun
puisi sakarepmu
oleh kabeh pujangga
sing gawe lantaran nyipta
aksarane guritan sekarepmu
lumrahe olih kabegjan
kesohor se nusantara
jejaluk slamet kabeh penyair
bancakan melu ngincipi
sega kuning rumbah edan
iwak petek urab godong kacang
tempe seiris tahu setugel
dadar dibagi papat
dipangan bareng sadulur kabeh
tandane syukur alhamdulillah
bacakan dudu sesajen.


rg bagus w 16-2-2015

Bubur abang bubur putih ,rg bagus warsono

Bubur abang bubur putih

Manise bubur abang saka gula klapa diarani gula jawa
Gurihe bubur putih campur parudan klapa
nylameti sadulur kabeh
sedulur papat lima pancer
sing njaga awak badan lunga mendi parane
pojoke bumi, tengahe alas pinggire segara benua liya
paribasa kulit diseset
luruh sejatine seniman
temu kanca bebatiran
dadiya sadulur becik
angger bakale mulya
kesohor becike
weruh kabeh karyane
dadia sastrawan Indonesia kang mumpuni
lan ora adigang adigung adiguna
iku penyair sing dijakuk


rg bagus warsono 15-2-16

Senin, 14 Oktober 2013

SENJA DI BERANDA DADA BUNDA BERGAUN MUDA MERENDA CINTA SAAT RABUN SENJA:Dimas Arika Mihardja


SENJA DI BERANDA DADA
BUNDA BERGAUN MUDA
MERENDA CINTA SAAT RABUN SENJA

Tahukah engkau ada apa di beranda?
di beranda duduk seorang bunda bergaun muda
dadanya sedikit terbuka, ada luka bekas gigitan serangga
yang menyerang membabi-buta di malam gulita.

Saat rabun senja, bunda begaun muda itu merenda cinta
segala yang bernama luka dijahitnya saat mata mulai rabun
di ujung senja. Tak bosan-bosannya bunda bergaun muda itu
merenda cinta di beranda dadanya yang luka.
Kenapa? Engkau serupa kura-kura dalam perahu
pura-pura sok tahu : “aku tahu di beranda dada ibu
begaun muda itu bergelantungan buah kehidupan; aku tahu
di belah dadanya ada luka gigitan serangga yang secara gila
membabi buta menyerang dada bunda bergaun muda itu
persis di belahan dadanya!”

Senja benar-benar jatuh cinta di beranda senja
dada bunda bergaun muda itu pun nganga terluka
akibat terkena gigitan serangga yang menyerang membabi buta
maka demam berdarahlah bunda bergaun muda itu
maka mala rindu menjadi candu yang menggelora
menyeru di rongga dadanya. Terus? Engkau tak sabar
menanti kelanjutan ceritanya.
“Saat rabun senja bunda bergaun muda ituselalu saja berusaha keras
Melihat bekas gigitan sersangga yang menyerang membabi buta
dan berusaha merenda luka-lukanya, lalu berkata: “sudah bebas dada bunda
dari serangan hama dan segala senggama serangga
sebab telah kurenda kawat anti nyamuk di dada bunda!”

Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010

RAHASIA
DI BALIK NAMA
YANG BOLAK-BALIK MENGEJA MAKNA

Tahukah kalian ada doa di balik nama-nama?
Dimas, misalnya, suka gemas mengucap doa-doa:
“ya, Allah telah Kauremas aku usai keramas
saat segala geliat memuncak di ubun
saat menyenggamai malam gelap gulita
saat mata wudun (atawa bisul) hampir meledak dan meledek kecengenganku”
maka jadilah Dimas berkali-kali keramas, mandi jamas
sambil meremas-remas sendiri barang paling berharga miliknya:
bisul yang nyaris meledak itu!

Arika, misalnya, di balik doanya mengucap
“ya, Allah tumbuhkanlah kumis di atas bibirku
seperti kumis kucing yang bisa jadi obat malaria
tumbuhkanlah keberanian mencinta seperti Arjuna
sendiri bertapa di dalam goa ingin mendapatkan wangsit”
maka Allah menjadikan Arika menjadi penjual mie pangsit
sepanjang jalan menjerit-jerit: “Pangsit! Pangsit!”

Mihardja, misalnya, di balik doanya berharap
“ya, Allah telah kueja segala makna cinta
kini jadikanlah Indonesia subur makmur
seperti sumur tanpa dasar mengalirkan jernih airnya bagi sesama”
maka jadilah Mihardja penggali sumur dan penggali kubur sendiri!

Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi 2010-10-03

lahir di Kulon Progo, Jogjakarta 3 Juli 1959 dengan nama resmi Sudaryono. Saya diangkat menjadi PNS sebagai dosen FKIP Universitas Jambi sejak 1986. Disertasi yang mengantarkannya meraih Program Doktor di Universitas Negeri Malang (2002) berjudul Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia telah dibukukan dengan judul Fenomena Pasemon dalam Teks Puisi (Kelompok Studi Penulisan, 2003). Kini Ia tinggal bersama seorang istri (Rita Indrawati) dan 3 putrinya (Marenda Atika Mh., Riyandari Asrita Mh., dan Dyah Ayu Sukmawati). Sudaryono menghuni rumah di Jln.Pattimura RT 34 No. 42, Kenali Besar, Kotabaru, Kota Jambi. Hand Phone: 08127378325, e-mail: dimasarikmihardja@yahoo.id Karya kreatif yang dihasilkan berupa cerpen, novel, puisi, esai, kritik sastra, dan kajian sastra.

NEGERI SALAH URUS JILID II KARYA DARDO SAYOKO Spb,

Merangkai rutuk lewat kerjap bintang
setiap malam menghujat rembulan
setelah di siang terik meludahi matahari
sebagai pemilik serpihan surga
mengapa hanya menunai harap saat mimpi
jika kian tenggelam di dasar ketidak pastian
pun hari depan tanpa sisa telah tergadai
apa yang kalian lakukan di mercu kemarahan
jika bukan mengepal tinju ke cakrawala

Para serigala lapar ketika berkuasa
tak kenal iba setelah kehilangan urat malu
dengan rakus mereguk darah penyerah upeti
setelah kekenyangan baru tersingkap sebagai penjarah
malah dibiarkan mengukur jalanan dengan mobil mewah
sebelum menjajakan ilusi di pendapa rumah megahnya
seharusnya segera digantung memenuhi igauannya
atau dikutungi tangan panjangnya tanpa remisi

Duhai negeri salah urus
dikelola pemabuk tidak becus
jika rakyatnya menggerutu
malah disuruh minum urus-urus

Kedunggalar, 5 Oktober 2013

Puisi karya penyair Tengger

Sudah terurai didepanku,
dalam sibak-sibak angin tak menentu.
Menjadikan lebih indah bergerak leluasa.

Pergerakan semakin cepat . . .
Lari, selinap lorong-lorong,
jurang berhias liang-liang.

Tanjaki bukit,
puncak gunung ngangakan kawah.
Terbawa asap, terbang jauh . . .
Menukik, renang di laut.
Laut kecil saja, bukan lautan, hehe . .

Perahu-perahu kecil berlayar lincah.
Sekitar kapal besar laju nan tenang.
Menulis puisi, diiringi irama gelombang . . .
Bebas bercanda, hempas menghempas !
Alun kirimkan salam pada tepi pantai.

Puisiku belum selesai, belum kutandai noktah